Dear Diary : Suci Lestari

Dear diary....
Hari ini perasaan campur aduk itu datang kembali. Sebuah rasa yang tak tahu dari mana datangnya, mengganggu ketentraman dalam kesendirianku. Aku tak tahu harus diapakan perasaan ini.


Ceritanya bermula empat bulan lalu, waktu itu aku sedang melaksanakan tugas bulanan general cleaning. Setelah selesai lewat seorang wanita, matanya yang besar, bibirnya yang merah, wajahnya yang cantik, membuat diriku kaku. Hanya sekilas saja dan tak terjadi apa-apa.

Sore harinya ketika pulang kerja, aku melihatnya. Ya itu dia yang tadi pagi lewat di depanku. Tak disangka dia mengenakan kerudung. Meskipun bukan hijab, tapi dia telah membuatku kagum. Aku pun mulai tertarik padanya.

Hari demi hari aku mengumpulkan informasi tentang dia dari teman-teman sepekerjaannya. Kudapatkan namanya, Suci, Suci Lestari. Namun aku belum berani mendekatinya. Lagi pula saat itu aku sedang berusaha mendekati ukhti Kurnil.

Hmm mata keranjang banget kan aku? Tak heran jika teman-temanku menjuluki aku sebagai PW alias penjahat wanita. Sebenarnya aku tak bermaksud jahat. Hanya saja caraku yang salah dalam mendekati wanita.

Dalam setiap hubungan, hal yang terpenting adalah komunikasi. Hal yang sangat sulit banget sekali bagiku. Ya sangaaaaaaaaaaaaaaaaat sulit! Untuk menulis enam paragraf ini pun aku membutuhkan waktu 1 jam.

Tuhan memberikan segalanya bagiku, fisik, mental, iman, kasih sayang, semuanya selalu kusyukuri, namun sepertinya Tuhan lupa memberikan aspek verbal untukku. Andaikan Mario Teguh, MC, Penyiar radio bisa mengeluarkan kata-kata 1 milyar kata perhari, orang normal mengeluarkan kata-kata 1 juta kata perhari. Sedangkan aku? 100 hari perkata sudah sangat sulit. jika ada kontes tidak bicara satu katapun dalam 1 tahun, mungkin akulah yang akan jadi pemenangnya... :(

Back to Suci, Suatu hari aku berpapasan dengan dia sewaktu aku mau ke ATM. Aku memberanikan diri menyapanya, lalu apa respon yang kudapat? dia jutek padaku ... hiks hiks

Tapi semakin sering aku menyapanya muka juteknya berubah menjadi senyuman, aku tak tahu arti senyumannya, apakah artinya "nih orang sok kenal" atau "nih orang ganggu aja" atau "nih orang gila kali ya??" atau arti lainnya??? Aku tak peduli apa arti senyumannya, yang pasti senyumannya membuatku lupa daratan.

Hingga akhirnya sebulan kemarin dia ditugaskan di tempat kerjaku. Sebuah kesempatan besar untuk mendekati dia. Namun, aku mengetahui dia sedang dekat dengan pria lain. Hatiku hancur lagi. Mengapa setiap ku menyukai seseorang pasti orang itu sudah dengan pria lain.

Aku agak tak peduli, teringat kata-kata A Falah "Dekat dengan siapapun, bahkan merebut kekasih orang itu gak apa-apa. Asal jangan merebut istri orang".Aku dekati dia lagi. Lagi-lagi sikapku salah.

Aku kan orangnya pendiam dan tak banyak kata (bukan tak banyak kata tapi memang tidak ada kata yang harus diucapkan). Demi mendapatkan hatinya, aku mulai berani mengumpulkan kata-kata dan bersikap romantis, sehingga tak jarang aku dikatakan lebay olehnya :-( Tuh kan sikapku salah terus.

Dia tahu aku menyukainya! Tapi sikapnya dingin padaku. Jika aku bercanda dengannya paling cuma senyuman atau berkata "lebay saja". Beda dengan temanku yang bercanda dengannya, dia seakan merespon candaan temanku. APA LAGI KESALAHANKU ??????
Setiap bertemu, aku senyum padanya, dia pun membalas senyum padaku. Namun jika senyumku artinya "aku menyukaimu.." sedangkan arti senyum dia? mungkin artinya :"Nih orang bener-bener aneh".

Mau tahu Suci? ini dia :

Motornya Suci Lestari
Suci Lestari's Motorcycle
eh salah itu motornya hehehe..
nih fotonya,,, tapi kecil aja ya...
Suci Lestari yang menawan
Suci Lestari
Benerkan apa ku bilang, dia punya mata yang indah, senyum yang menawan

Suci andai kau tahu bahwa aku sangat menyukaimu, menyayangimu dan...mencintaimu. Tapi aku harus bagaimana? Tuhan memberikanku kesempatan dengan membuka jalan komunikasi, berpapasan, satu tempat kerja, nomor telepon, media chatting, media sosial, hampir semuanya yang kubutuhkan untuk mendekatinya telah Tuhan berikan padaku tapi hanya satu yang Tuhan lupa. Aspek verbal, komunikasi.

Tuhan, bukannya aku tak mensyukuri segala yang telah kau berikan padaku. Tapi mengapa satu hal itu tak Engkau berikan padaku, Verbal.

Tuhan, jika Suci tidak ditakdirkan untukku, jauhkanlah bayangannya dari hidupku.  Singkirkanlah senyuman menawannya dari ingatanku. Engkau Maha Mengetahui, aku tersiksa dengan perasaan ini.

SUCI,, terima kasih telah membuatku bahagia dengan senyuman menawan dan indahnya tatapan matamu...


Bandung, 30 Maret 2013 22:20





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sistem, Cara Kerja, Cara Melacak dan Jasa Lacak Posisi Seseorang dari Nomor HP

Bereksperimen dengan Raket Nyamuk

Teori dan Rangkaian Transistor Sebagai Penguat Arus