Syair The Longing
Amin tadzakkuriji ronim bidzii salamin
Majaztu dam’an jura minmuqlatin bidamin
Amhabbatirrihu mintilqo’I kadimah
Wa aumadholbarqu fiddulmai min idhomi
Famali’ainaka ingqultakfufa hamata
Wama liqolbika ingqultastafiq yahimi
Ayah sabushobbu annalhubta munkatimun
Mabaina munnsajimim minhu wamudhothorimi
* na’am sarothoefuman ahwa faarroqoni
Walhubbu ya’taridhulladzati bilalami
“Apa gerangan aku mendayungi rindu
Pada jiwa yang jauh di tanah disalam…
Merintih tangis, air matapun mengalir bercampur darah”
“Apa mungkin?
Inilah angin yang tertiup dari tanah subur berkah
Ataukah hanya kilat yang menyambar dari
jurang kegelapan sang pembidik prahara…”
“Air mata terus mengalir, kalbupun semaki terpicu,
Meski lisan tak terkunci mengumandang jemu…
“Aku bingung,,,
Tapi sukma malah makin merajalela memperdaya kalbu,
Adakah yang bisa menhan gejolak yang tersimpan
Di hati yang melirih mendayungi duka nestapa
Di senanung retina yang mengalirkan air mata???”
Di keningnya malam seusai merangkai tasbih cinta,
“Kini cinta penghalang di raga yang
tak berdaya berubah menjadi nikmat tiada tara…
sakitpun tak dirasa…”
Cuplikan dari Cerpen Wahana Kerinduan
Majaztu dam’an jura minmuqlatin bidamin
Amhabbatirrihu mintilqo’I kadimah
Wa aumadholbarqu fiddulmai min idhomi
Famali’ainaka ingqultakfufa hamata
Wama liqolbika ingqultastafiq yahimi
Ayah sabushobbu annalhubta munkatimun
Mabaina munnsajimim minhu wamudhothorimi
* na’am sarothoefuman ahwa faarroqoni
Walhubbu ya’taridhulladzati bilalami
“Apa gerangan aku mendayungi rindu
Pada jiwa yang jauh di tanah disalam…
Merintih tangis, air matapun mengalir bercampur darah”
“Apa mungkin?
Inilah angin yang tertiup dari tanah subur berkah
Ataukah hanya kilat yang menyambar dari
jurang kegelapan sang pembidik prahara…”
“Air mata terus mengalir, kalbupun semaki terpicu,
Meski lisan tak terkunci mengumandang jemu…
“Aku bingung,,,
Tapi sukma malah makin merajalela memperdaya kalbu,
Adakah yang bisa menhan gejolak yang tersimpan
Di hati yang melirih mendayungi duka nestapa
Di senanung retina yang mengalirkan air mata???”
Di keningnya malam seusai merangkai tasbih cinta,
“Kini cinta penghalang di raga yang
tak berdaya berubah menjadi nikmat tiada tara…
sakitpun tak dirasa…”
Cuplikan dari Cerpen Wahana Kerinduan
Bagus Syairnya !!
BalasHapus